Wednesday, October 21, 2015

Kadang Kita Menang, Kadang Kita Belajar.

Halo. Sudah hampir 2 bulan saya tidak menulis apapun di blog ini. Kemana saja? Alasan utamanya adalah pekerjaan. 2 bulanan ini intensitas saya tinggi sekali. Sekarang ini pun saya tidak cukup senggang untuk menulis sebuah postingan disini, tapi disini saya ingin menulis apa yang saya rasakan pada saat ini. Menulis adalah sebuah cara untuk sedikit membuat hati saya lebih ringan daripada hanya sekedar berkata-kata saja.

Jadi langsung saja. Saya sedang merasa kecewa, sedih, marah, malu terhadap keadaan ini. Sebuah keadaan yang mana berkaitan juga dengan pekerjaan saya. Hari ini saya menerima sebuah surat elektronik yang mengatakan bahwa perusahaan saya tidak berhasil memenangkan sebuah proyek yang mana saya adalah "leader" untuk tender tertutup ini. 

Sebetulnya bagi saya ini hal biasa, karena memang kekalahan ini bukanlah yang pertama. Tapi... Saya jujur tidak mengerti mengapa saya dan team kalah. Isi surat tersebut hanyalah: "coba lagi lain kali... semoga bisa bekerja sama dilain kesempatan". Kira-kira seperti itu. Sungguh kekecewaan dan kemarahan saya tidak bisa saya bendung, apalagi saya sampai menulisnya di blog ini.


Kenapa sih sampai sebegitunya? 

Alasan pertama adalah karena ini adalah bidang yang saya kuasai. Saya adalah seorang perintis juga dibidang ini. Bukan hanya itu, dulu juga saya yang mengerjakan proyek sebelumnya. Jadi sudah jelas bahwa saya yang menguasai semuanya dari A - Z, bahkan berbicara tentang pengalaman, hanya saya orang yang tersisa disini. Jadi ya jago karena orang lain yang lebih jago sudah pergi merantau duluan.

Alasan kedua adalah solusi yang saya bawakan adalah solusi yang terbaik yang saya dan team rancang untuk klien proyek ini. Mengapa terbaik? Selain karena alasan pertama yakni pengalaman, yaitu karena saya memiliki team yang mempunyai kemampuan sejenis yang bisa diaplikasikan pada proyek ini. Jadi lengkap sudah, skill, experience and team. 

Selanjutnya solusi ini juga sudah dikonfirmasi dan dipresentasikan kepada klien dan mereka 100% setuju sepenuhnya dengan solusi ini. Kami pun menjadi sangat unggul didepan setelah mengetahui bahwa lawan kami hanya menawarkan solusi yang seperempat matang. Anggap saja team saya menawarkan solusi BI, DW, ET & PT atau komplit untuk kebutuhan si klien, nah si lawan saya ini hanya menawarkan BI atau hanya 1 saja. 

Bagaimana mungkin kebutuhan si klien yang 4 itu di akomodasi oleh 1? Sudah jelas tidak masuk akal. Pada akhirnya harga kami lebih mahal. Ya jelas karena sesuai dengan kebutuhan mereka yang bukan hanya 1 tapi 4. Solusi kami bukan mahal tapi harganya sesuai dengan value yang ditawarkan, beda dengan solusi lawan yang murah dan murahan. 


Mungkin bagi yang baca juga sudah jelas bahwa secara teknis team saya jelas sangat sangat unggul. Lantas bagaimana selanjutnya?

Akhirnya, dari si klien meminta si lawan saya untuk meng-copy solusi dari team saya sehingga mereka menawarkan 4 dari sebelumnya hanya 1. Klien saya berkata dengan jujur bahwa mereka (si klien) memberi tahu solusi saya kepada lawan saya agar harganya bisa bersaing karena secara procurement mereka hanya akan peduli pada sisi harga saja bukan kepada teknis.

Saya jujur cukup terkaget disitu. Ya sudahlah whatever! Toh mencontek aja tidak gampang kok, karena mereka (si lawan) harus memiliki sense and feel yang kuat terhadap solusi tersebut dan harusnya mereka lebih mahal karena knowledge yang mereka miliki terbatas. Kenapa saya berani meng-judge bahwa terbatas? Saya akan ceritakan di alasan keempat, so lanjut dulu deh ke alasan ketiga.

Alasan ketiga mengapa saya kecewa, marah dan sebagainya adalah karena solusi dari team saya sama sekali tidak ditawar! Serius, tidak terjadi ruang negosiasi antara saya dan si klien. Jadi kenapa harus kalah? Kenapa tiba-tiba kalah? Pertanyaan yang menghantui saya sampai saat ini saya menulis blog ini. Bagaimana bisa team creator yang memiliki visi, misi, strategi, kemampuan, dsb yang jelas tidak ikut di negosiasikan?! Gila aja bukan? Dan lanjut ke alasan keempat nanti, semuanya akan lebih gila.

Alasan keempat adalah lawan saya itu adalah perusahaan saya sebelumnya. Hahahaha. Ya itu kenyataannya. Saya melawan perusahaan sebelumnya. Saya tahu mereka dengan jelas, kekuatan dan kelemahan mereka. Secara solusi? Meng-copy solusi bukanlah hal gampang buat mereka karena mereka tidak memiliki kemampuan yang mumpuni. Secara harga? Saya tahu hampir semua harga mereka, tapi saya tidak peduli dengan hal ini karena pada akhirnya seharusnya negosiasi harga yang akan menentukan. Idealnya seharusnya seperti ini.


Kenyataannya?

Saya kalah dengan alasan yang tidak jelas tanpa ada negosiasi. Kecewa, sedih, marah adalah sesuatu yang wajar. Malu? Jelas saya sangat malu mengetahui hal ini. Bisa-bisanya kompetisi yang seharusnya fair malah ternodai dengan tanda tanya besar: bagaimana semua ini terjadi? Seperti politik Indonesia yang selalu berwarna dan gaduh, sama halnya dengan tender ini. Saya mendengar juga bahwa solusi saya dituduh meng-copy solusi mereka (sil lawan). Bagaimana mungkin? Toh, si klien aja sudah terus terang bahwa mereka meminta si lawan mengikuti solusi saya. Jujur saya yang tadinya bangga dengan perusahaan sebelumnya merasa malu dan marah akibat dari hal ini.

Apakah hal ini pernah terjadi sebelumnya? Beritanya santer terdengar bahwa ini bukanlah yang pertama. Saya tidak tahu dan peduli sampai pada saat ini saya mengalaminya secara langsung. Selama saya bekerja di dunia professional ini, saya state disini bahwa saya TIDAK PERNAH meng-copy seluruh atau sebagian solusi orang atau perusahaan lain. Selain karena tidak pernah mendapat bocoran atau informasi tentang lawan, saya sendiri selalu percaya dengan kemampuan saya pribadi dan team. 

Selama saya "leader" untuk memimpin team mencari solusi terbaik sesuai kebutuhan klien, saya berkomitmen untuk selalu memberikan karya yang original and creative. Tentunya saya dan team selalu berharap untuk selalu menang, tapi bagi saya pribadi yang terpenting adalah "Solusi dan harga terbaik adalah yang harus menang!". Pada akhirnya saya terkadang menang, terkadang saya hanya belajar. Menang karena solusi dan harga yang saya dan team tawarkan sesuai. Belajar bahwa solusi yang saya dan team bawakan tidak tepat dan kurang sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Untuk kasus kali ini, saya belajar bahwa tidak semua hal itu ideal dan adil. Saya belajar bahwa dunia dan khususnya si klien serta si perusahaan lama saya adalah entitas yang saya harus waspadai, tandai dan cermati untuk kedepannya.


Terima kasih sudah membaca postingan kali ini. Saya tahu mungkin tidak semua orang mengerti atau menerima apa yang tulis. Disini, saya hanya ingin menyampaikan isi hati saya tentang kenyataan yang saya alami. Saya hanya seorang yang idealis, dan punya integritas untuk selalu original and creative memberikan solusi yang benar dan terbaik. Sekali lagi, kadang kita menang, kadang juga kita belajar. Mohon maaf apabila ada kata dan kalimat yang kurang berkenan. Terima kasih.