Monday, May 19, 2014

5 Rahasia tentang Kotoran Telinga

Selama manusia masih memiliki telinga tentu kotoran telinga bukan sesuatu yang asing. Biasanya kotoran tubuh dianggap jorok, misalnya saja feses dan urine, namun siapa sangka kotoran telinga menyimpan rahasia yang tidak diketahui semua orang.

Di masa lalu, kotoran telinga digunakan sebagai lip balm dan salep untuk luka tusuk. Nah, seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, penelitian menunjukkan bahwa kotoran telinga juga bisa mendiagnosa kondisi tertentu di tubuh manusia.

Berikut ini 5 rahasia kotoran telinga yang tidak diketahui semua orang, seperti dikutip dari BBC, Senin (28/4/2014):

1. Kotoran Telinga Keluar Sendiri


Sebenarnya tubuh memiliki mekanisme membersihkan sendiri, tak terkecuali telinga. Nah, bagaimana mekanisme telinga membersihkan bagian dalamnya? Di dalam saluran telinga terdapat banyak kelenjar yang menghasilkan zat seperti lilin yang disebut serumen. Serumen kerap kali disebut tahi kuping atau kotoran telinga. Tanpa menggunakan cotton bud, sebenarnya kotoran telinga ini bisa keluar sendiri lho.

Lapisan kulit saluran telinga bermigrasi dari gendang telinga ke telinga pembukaan luar, pada saat itulah kotoran telinga dibawa keluar. Kotoran telinga yang lama diangkut dari daerah yang lebih dalam dari saluran telinga menuju keluar. Bentuk kotoran ini kering dan berupa serpihan.

Bila kotoran telinga terlalu banyak dan menutupi saluran telinga maka bisa mengganggu pendengaran. Nah, karena itulah kotoran telinga perlu dibersihkan. Tapi jangan sembarangan membersihkan telingan dengan cotton bud ya. Sebab cotton bud malah bisa mendorong kotoran telinga kembali masuk ke dalam dan menumpuk.

Menurut Prof Shakeel Saeed dari London's Royal National Throat, Nose and Ear Hospital, gerakan normal rahang, melalui gerakan saat makan dan bicara, membantu keluarnya kotoran teliga. Selain itu, seiring bertambahnya usia, kotoran telinga umumnya juga berwarna lebih gelap. Pada pria yang kupingnya lebih banyak ditumbuhi rambut, terkadang kotoran telinga memang agak sulit keluar karena terjebak di 'hutan' rambut di dalam kuping.

Sebenarnya kotoran telinga punya fungsi melindungi telinga dari kerusakan dan infeksi sehingga tidak perlu terlalu sering dibersihkan. Namun jika Anda ingin membersihkannya, ada baiknya datang ke dokter telinga hidung tenggorokan (THT).

2. Memiliki Sifat Anti-mikroba

Kotoran telinga yang lengket dan berbau tidak sedap ternyata mengandung bahan pelindung yang anti bakteri. Kotoran kuping yang berminyak atau berlilin ini sebagian besar terdiri dari sel kulit mati, keringat, lemak, serta debu dan kotoran.

Antara 1.000 sampai 2.000 kelenjar memproduksi peptida anti-mikroba. Sementara itu telinga juga memiliki kelenjar sebasea yang memproduksi sebum, yakni sesuatu yang bersifat minyak atau lilin untuk melumasi kulit dan rambut yang ada di bagian dalam telinga. Sebum terutama terdiri dari trigliserida, kolesterol, dan zat berminyak yang disebut squalene.

Kotoran telinga juga mengandung lisozim yang merupakan enzim antibakteri. Sifat asam dari kotoran telinga ini bisa menghambat pertumbuhan.

Untuk diketahui, produksi kotoran telinga tidak berbeda jauh antara laki-laki dan perempuan, pada orang muda ataupun orang tua. Akan tetapi dalam satu studi kecil diketahui konten trigliserida menurun dari bulan November sampai bulan Juli.

3. Bisa Menunjukkan dari Mana Anda Berasal


Ilmuwan Monell Institute di Philadelphia menemukan sama halnya dengan keringat, zat kimia yang terkandung dalam kotoran telinga pada satu ras berbeda dengan ras lainnya. Kromoson 16 merupakan rumah bagi kotoran telinga yang basah ataupun kering, di mana varian basah mendominasi.

Molekul yang menghasilkan kotoran telinga yang paling bau cenderung lebih banyak ditemukan pada orang-orang Kaukasia ketimbang Asia Timur. Salah satu varian dari ABCC11, yang biasanya ditemukan pada orang keturunan Asia Timur, menyebabkan kotoran telinga kering, berwarna putih dan bau badan kurang. Sedangkan varian lain dari gen, sebagian besar ditemukan di antara orang-orang keturunan Afrika dan Eropa, menyebabkan kotoran telinga menjadi basah dan berwarna kuning kecokelatan, dan juga lebih mungkin menyebabkan bau badan.

Dalam studi yang mengaitkan bau badan dengan penyakit, ABCC11 telah menjadi hubungan antara keduanya. Sebagai contoh, sebuah studi 2009 yang dipublikasikan dalam The FASEB Journal, menemukan bahwa varian gen yang menyebabkan ketiak berbau dan kotoran telinga basah juga terkait dengan peningkatan risiko kanker payudara.

Dr Kate Prigge dari Monell mengatakan analisis mereka terhadap bau kotoran telinga adalah langkah pertama untuk mencari tahu apakah mereka nantinya bisa menggunakannya untuk mendeteksi penyakit. Dipelajari juga bahwa kelainan genetik langka dalam penyakit urine sirup maple, kemungkinan dapat dengan mudah didiagnosis melalui aroma senyawa kotoran telinga.

4. Cara Membersihkan Telinga

Telinga memiliki mekanisme membersihkan dirinya sendiri. Jika Anda ingin membersihkan telinga, maka sebaiknya yang dibersihkan hanyalah bagian luarnya saja dengan menggunakan kapas atau tisu saja. Para dokter menyarankan untuk tidak membersihkan bagian dalam liang telinga.

Penggunaan cotton bud untuk membersihkan liang telinga bisa jadi malah menyebabkan kotoran terdorong semakin jauh ke dalam. Untuk itu guna mengeluarkan kotoran telinga, dokter biasanya mengunakan pengait atau sendok serume yang terbuat dari logam. Bila kotoran telinga lunak, maka akan digunakan pompa vakum untuk mengisap. Jadi alat ini semacam cakum cleaner, hanya saja berukuran sangat kecil.

Cara lain membersihkan telinga adalah dengan menyemprotkan air hangat ke dalam liang telinga. Terkadang cara ini tidak berhasil lantaran kotoran telinga yang keras. Jika menemui kasus semacam ini maka dokter akan meminta pasien meneteskan obat tetes selama beberapa hari untuk memudahkan pengambilan kotoran tersebut.

5. Monitor Polusi

Kotoran telinga, seperti banyak sekresi tubuh lainnya, bisa menunjukkan jejak racun tertentu dalam tubuh seperti keberadaan logam berat. Meskipun memang hal ini tidak lebih bisa diandalkan dibanding tes darah sederhana.

Nah, soal kotoran telinga, ada penemuan ilmiah yang cukup menarik. Kotoran telinga manusia dikeluarkan sendiri oleh telinga. Namun pada paus biru, mereka mempertahankan kotoran telinganya, sehingga kotoran telinga itu menjadi semacam rekaman peristiwa kehidupan yang dijalaninya. Peneliti menyamakannya dengan lingkaran tahun pada batang pohon yang bisa memberi informasi tertentu.

Kotoran telinga pada paus biru dianalisis oleh Sascha Usenko, seorang ilmuwan lingkungan di Baylor University di Waco, Texas. Dia dan timnya menemukan bahwa selama hidup paus jantan berusia 12 tahun itu mengalami kontak dengan 16 polutan yang berbeda. Diketahui bahwa ada paparan polutan yang cukup tinggi pada tahun pertama hidup paus biru ini. Diduga polutan itu dipindahkan melalui sang induk, saat paus biru itu masih ada di dalam rahim ataupun melalui air susu.

Dari kotoran kuping ini, para peneliti dapat mengetahui apa yang perlu dilakukan untuk melindungi paus biru dari stres, polusi, dan ancaman lainnya di masa depan. Sebab dari kotoran kuping bisa dilihat tingkat fluktuasi testosteron dan hormon stres atau kortisol selama hidupnya. Dari kotoran kuping itu juga bisa dilihat kadar testosteron paus biru jantan di mana kemudian ditengarai bahwa mamalia ini mencapai kematangan seksual pada usia sekitar 10 tahun.


Sumber : Detik Health

No comments:

Post a Comment

Share Your Inspiration...