Wednesday, August 27, 2014

Renungan Kristen - Kendali Hidup #Sharing


Apa yang mengendalikan hidupmu?
Ada banyak hal yang yang mengedalikan hidup kita, seperti : keadaan, nilai-nilai, dan emosi.
Ada 5 hal yang paling umum :

  1. Banyak orang dikendalikan rasa bersalah. Orang-orang yang dikendalikan rasa bersalah dimanipulasi oleh ingatan masa lalu dan membiarkan masa lalu mengendalikan masa depan mereka. Maksud dan tujuan Tuhan tidak dibatasi masa lalu kita. Dia mengubah seorang pembunuh bernama Musa menjadi seorang pemimpin dan seorang pengecut bernama Gideon menjadi seorang pahlawan pemberani, dan Dia (Tuhan) berkuasa dan mampu melakukan perkara-perkara ajaib dengan sisa hidup kita.
  2. Banyak orang dikendalikan dendam dan kemarahan. Mereka terus berpegang pada luka batin dan tidak pernah melupakannya. Bukannya melepaskan penderitaan mereka melalui pengampunan, mereka mengorek-ngorek luka itu lagi dan lagi di benak mereka. Dendam selalu menyakiti kita lebih dari orang yang menyakiti kita. Mereka yang menyakiti kita di masa lalu tidak dapat terus menyakiti kita kecuali kita terus berpegang pada luka batin itu melalui dendam. Masa lalu adalah masa lalu! Tidak ada yang mampu mengubahnya. Belajarlah dari masa lalu, dan lepaskan. 
  3. Banyak orang dikendalikan rasa takut. Orang – orang yang dikendalikan rasa takut sering kehilangan kesempatan-kesempatan besar karena mereka takut bertualang. Kita harus melawan rasa takut kita dengan senjata iman dan kasih.
  4. Banyak orang dikendalikan materialisme. Hal ini mengendalikan orang untuk selalu menginginkan lebih berdasarkan kesalahpahaman bahwa memiliki lebih akan membuat lebih bahagia, lebih penting, dan lebih aman, tapi semua itu tidak benar. Harta hanya menyediakan kebahagiaan sesaat. Kekayaan dapat hilang dalam sekejap melalui beragam faktor yang tak terkendali. Keamanan yang sesungguhnya hanya dapat ditemukan dalam sesuatu yang tidak pernah bisa diambil dari kita, yaitu hubungan kita dengan Tuhan.
  5. Banyak orang dikendalikan oleh kebutuhan akan persetujuan. Mereka mengijinkan ekspektasi-ekspektasi orang tua atau pasangan atau anak atau guru atau teman mengendalikan hidup mereka.

Cara mengendalikan hidup kita.
1. Berpikir Sederhana 


Roma 12:16
Hendaklah kamu sehati sepikir dalam hidupmu bersama; janganlah kamu memikirkan perkara-perkara yang tinggi, tetapi arahkan dirimu kepada perkara-perkara yang sederhana. Janganlah menganggap dirimu pandai!
 

Terkadang kita berpikir terlalu jauh sehingga tidak menghasilkan apa-apa. Seringkali kita berpikir terlalu rumit sampai-sampai kita sendiri tidak tahu bagaimana melaksanakannya.

Roma 12:3 
Berdasarkan kasih karunia yang diianugerahkan kepadaku, aku berkata kepada setiap orang di antara kamu : Janganlah kamu memikirkan hal-hal yang lebih tinggi dari pada yang patut kamu pikirkan, tetapi hendaklah kamu berpikir begitu rupa, sehingga kamu menguasai diri menurut ukuran iman, yang dikaruniakan Allah kepada kamu masing-masing.
  
Tuhan sudah memberikan kita kemampuan dan kepandaian, hanya tinggal terserah kita, apakah kita mau mengupayakannya atau tidak. Tapi percayalah bahwa kita kan berhasil asal kita mau memulainya dari diri kita, hari ini juga, dan bahkan sekarang juga. 

2. Mengatasi Perasaan Bersalah
Setiap orang telah berdosa dan salah satu akibat dosa adalah rasa bersalah. Kita bisa bersyukur untuk rasa bersalah karena hal itu mendorong kita untuk mendapatkan pengampunan. Saat seseorang berbalik dari dosa kepada Yesus Kristus dalam iman, dosanya diampuni. Daftar beberapa perbuatan tercela yang sudah diampuni ada di 1 Korintus 6:9-11.

Namun demikian, kebebasan dari dosa tidak selalu berarti kebebasan dari perasaan bersalah. Sekalipun dosa sudah diampuni, kita masih mengingatnya.  Ketika seorang Kristen mengalami perasaan bersalah, dia harus melakukan hal-hal berikut ini :

  • Akui semua dosa yang diketahui yang sebelumnya belum diakui. (Mazmur 32:3-5)
  • Minta Tuhan mengungkapkan dosa apa saja yang masih perlu diakui. Beranilah untuk bersikap sama sekali terbuka dan jujur di hadapan Allah. (Mazmur 139:23-24)
  • Percaya pada janji Allah bahwa Dia akan mengampuni dosa dan menyingkirkan kesalahan berdasarkan darah Kristus. (1 Yohanes 1:9 ; Mazmur 85:2 ; Mazmur 86:5 ; Roma 8:1-2)
  • Ketika perasaan bersalah muncul untuk dosa-dosa yang telah diakui dan diampuni, tolak perasaan-perasaan semacam itu sebagai rasa bersalah yang keliru. Allah berpegang pada janji-Nya untuk mengampuni. (Mazmur 103:8-12) 
  • Minta pada Tuhan untuk menegur Iblis pendakwa Anda, dan mintalah Tuhan untuk memulihkan sukacita yang datang bersama dengan kebebasan dari rasa bersalah.
3. Mengendalikan Amarah
Kemarahan adalah emosi yang juga diberikan oleh Tuhan. Kemarahan itu seperti sakit kepala; itu adalah sebuah sinyal adanya sesuatu yang salah dan membutuhkan perhatian. 


Mazmur 37:8
Berhentilah marah dan tinggalkanlah panas hati itu, jangan marah, itu hanya membawa kepada kejahatan.

Berikut adalah 5 tahap yang dapat kita lakukan untuk mengendalikan marah versi Buku Anger – Mengatasi Amarah Dengan Cara Yang Sehat (Gary Chapman)

  • Secara sadar mengakui kepada diri Anda sendiri bahwa Anda marah. Ucapkan dengan bersuara, ”Aku marah tentang hal ini! Kini apa yang harus aku lakukan?” Pernyataan seperti itu membuat Anda sadar akan amarah Anda sendiri dan juga menolong Anda mengenali baik amarah Anda dan tindakan yang akan Anda ambil. Anda telah menyiapkan tempat untuk menerapkan nalar terhadap amarah Anda.
  • Mengendalikan respons langsung Anda. Hindari respons-respons umum tetapi merusak, seperti melampiaskan amarah secara verbal atau fisik, menarik diri, dan berdiam diri. Tolaklah mengambil tindakan yang biasanya Anda ambil saat merasa marah. Menunggu bisa menolong Anda untuk menghindari hal-hal yang mungkin tidak Anda maksudkan dan akan Anda sesali kemudian.
  • Carilah fokus amarah Anda. Kata-kata atau tindakan mana oleh orang lain yang membuat Anda marah? Jika orang itu benar-benar bersalah kepada Anda, identifikasi dosa orang itu. Bagaimana ia bersalah kepada Anda? Lalu tentukan seberapa seriusnya pelanggarannya. Beberapa kesalahan bersifat minor dan beberapa sifatnya mayor. Mengetahui keseriusan masalah tersebut seharusnya mempengaruhi respons Anda. 
  • Analisa pilihan-pilihan Anda. Bertanyalah kepada diri Anda sendiri, "Apakah tindakan yang sedang kupertimbangkan ini akan memiliki potensi untuk berurusan dengan yang salah dan menolong relasi yang terganggu? Apakah itu yang terbaik bagi orang yang kepadanya aku marah?" Dua pilihan yang paling membangun adalah mengonfrontasi orang itu dengan cara yang menolong atau secara sadar memutuskan untuk mengabaikan masalahnya.
  • Mengambil tindakan yang membangun. Jika Anda memilih untuk ”merelakan pelanggaran itu”, maka akuilah amarah Anda dalam doa dan kerelaan Anda untuk menyerahkan orang itu kepada Allah. Lalu lepaskan amarah Anda kepadaNya. Jika Anda memilih untuk mengonfrontasi orang yang telah bersalah kepada Anda, lakukan dengan lemah lembut. Dengarkan penjelasan yang diberikan, itu bisa memberi Anda sudut pandang yang berbeda akan tindakan dan maksud orang itu. Jika orang itu mengakui apa yang dilakukannya salah dan meminta Anda memaafkan, lakukan saja demikian.
4. Mengatasi Kekuatiran dan Ketakutan 
Kekuatiran adalah sebuah perasaan gelisah, ketakutan terhadap sesuatu yang belum terjadi. Perasaan-perasaan ini biasanya terkait dengan pikiran-pikiran negatif atas sesuatu yang mungkin terjadi di masa depan. 

Matius 6:25
Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian?

Dalam kehidupan ini seringkali kita takut akan hal-hal yang “belum tentu” terjadi. Tidak jarang kita kuatir terhadap masa depan kita, masa depan anak kita, pekerjaan kita dan sebagainya.

Tidak seorang pun yang hidup tanpa kekuatiran, tak satupun kebal dari kekuatiran. Jika seseorang berkata bahwa dia tidak peduli akan apapun di dunia ini, maka dia ada dalam penyangkalan.

Apa  yang harus kita perbuat ketika rasa kuatir menyerang pikiran kita?

  • Rasul Paulus menasehati, “… nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampauai akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus (Filipi 4:6-7)
  • Rasul Petrus menasehati, “Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia memelihara kamu. (1 Petrus 5:7)
5. Jangan Serakah, Jangan Menjadi Hamba Uang
Apa itu serakah? Menginginkan, bahkan merampas sesuatu yang Tuhan karuniakan kepada orang lain.


Membandingkan diri dengan orang lain itu biasa, tapi itu adalah sifat dosa yang harus kita pertanggungjawabkan pada Tuhan. Merasa puas atas apa yang sudah Tuhan beri, tidak banyak membanding-bandingkan diri dengan orang adalah dasar dari kerohanian yang stabil. Kadang perasaan susah, tidak enak muncul, karena kita membanding-bandingkan diri dengan orang lain: Mengapa ia begini, mengapa saya begitu? Kemudian disusul dengan rasa tidak puas akan apa yang sudah Tuhan berikan pada kita.

Batasan serakah :

  • Kalau kekayaan kita peroleh dengan jalur yang benar, tentu tidak bisa disebut serakah. 
  • Kalau kekayaan yang kita simpan adalah hasil dari perjuangan atau bijaksana kita, tentu tidak bisa disebut serakah.
  • Kalau kita menggunakan harta kita sejalan dengan prinsip Tuhan, dengan pimpinan Roh Kudus, bukan dengan egois, itu juga tidak bisa disebut budak harta.
Janganlah kita menjadi budak dosa, budak harta, budak nafsu diri kita sendiri. Apa maksudnya? Jangan sampai hidup kita berantakan, karena kita tak mampu mengendalikan nafsu, maka nafsulah yang akan mengendalikan kita. Karena kita tak mampu mengendalikan uang, maka uanglah yang akan mengendalikan kita, dan kita menjadi hamba uang.

Apa Artinya Menjadi Hamba Uang?
Menjadi hamba uang artinya adalah menganggap uang sebagai yang terutama dalam hidup ini, dan menjadikan uang sebagai segala-galanya. Menjadi hamba uang berarti menganggap bahwa segala sesuatunya dapat dibeli dengan uang, dan semua yang dilakukan haruslah diukur dengan uang.

  • Uang memang bisa membeli buku, tetapi tidak bisa membeli hikmat. 
  • Uang memang bisa membeli pengawal, tetapi tidak bisa membeli keamanan.
  • Uang memang bisa membeli salib, tetapi tidak bisa membeli keselamatan.
  • Uang memang bisa membeli cincin kawin, tetapi tidak bisa membeli cinta.
  • Uang dapat membeli kasur yang empuk, tetapi tidak bias membeli tidur yang nyenyak.
  • Banyak hal yang dapat dibeli dengan uang, tetapi uang tidak dapat membeli semua hal.
Caranya sebetulnya mudah, jadilah hamba Tuhan dan bukan hamba uang. Jadikan Tuhan sebagai yang terutama dalam hidup kita, dan bukan uang yang terutama. Jika kita menjadikan Tuhan sebagai tuan kita, maka kita menjadi hamba Tuhan. Jika kita menjadikan uang sebagai tuan kita, maka kita manjadi hamba uang. Kita harus memilih salah satu, karena tidak ada orang yang dapat mengabdi ke dua tuan. 

Matius 6:24
Tak seorang pun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.

1 Timotius 6:10
Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.

Sesungguhnya kita salah ketika kita mencari uang tapi tidak mencari Tuhan. Pastikanlah bahwa kita harus mencari Tuhan terlebih dahulu, maka selanjutnya uang akan datang dengan sendirinya kepada kita. 


Matius 6:33
Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.

6. Manajemen Ekspektasi
Hidup tidak selalu berjalan seperti yang kita mau. Mungkin kita tidak dapat promosi, pernikahan yang tidak berjalan seperti yang sebelumnya dibayangkan, atau suatu musibah terjadi pada seseorang yang kita kasihi atau yang dekat dengan kita.

Salah satu hal yang sulit kita lakukan sebagai orang Kristen adalah menghadapi ekspektasi yang tidak terpenuhi. Kita memiliki kecenderungan untuk menulis rencana kehidupan kita sendiri dan kemudian mengharapkan Allah membuat semuanya terjadi. Misalnya, kita memiliki harapan bahwa jika kita rajin belajar di sekolah dan mendapatkan pendidikan yang baik, kita akan bisa mendapatkan pekerjaan yang baik, mendapatkan uang baik, dan kemudian memiliki kehidupan yang baik. Tapi hidup terkadang memiliki rencana sendiri.

Alkitab memiliki banyak contoh bagaimana orang Kristen seringkali memiliki ekspektasi yang tidak terpenuhi, contoh :

  • Ayub - Meskipun Ayub mengabdi kepada Allah, Ayub kehilangan rumahnya, keluarganya, harta miliknya, dan bahkan kesehatannya. Namun pada akhirnya, Tuhan memberkati kesetiaan Ayub dengan cara yang tidak pernah terbayangkan.
  • Musa - Seorang pemuda yang dipanggil Allah untuk membebaskan umat-nya dari Mesir. Dalam prosesnya, Musa ternyata mengalami banyak tantangan dan hambatan: mulai dari umat Israel yang tidak percaya padanya, bersungut-sungut dan lemah imannya.
Kita cenderung terperangkap dalam sesuatu yang terjadi pada kita, tapi :
  • Jangan biarkan “Mengapa” membayangi “Siapa”
Ibrani 10:25
Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi mariklah kita saling menasehati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.
  • Latih mata kita untuk melihat dan telinga untuk mendengar
Matius 13:15-16
Sebab hati bangsa ini telah menebal, dan telinganya berat mendengar, dan matanya melekat tertutup; supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik sehingga Aku menyembuhkan mereka. Tetapi berbahagialah matamu karena melihat dan telingamu karena mendengar.

Ibarat kita sedang bermain alat musik, ketika kita bermain sendiri, kedengarannya baik-baik saja. Tapi jika kita bermain alat musik tersebut pada waktu yang bersamaan dengan Allah, kita akan mendapat perbedaan antara kita dengan Allah.
Ketika ketidaksesuaian terjadi, hendaklah kita mengsinkronkan kembali diri kita dengan Allah.

  • Masa depanmu tidak ditetapkan oleh apa yang telah terjadi tetapi oleh apa yang akan terjadi
Yesaya 40:31
tetapi orang-orang yang menanti-nantikan Tuhan mendapat kekuatan baru : mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah.


Isaiah 40:31 (NKJV)
but those who wait on the Lord shall renew their strength; they shall mount up with wings like eagles, they shall run and not be weary, they shall walk and not faint.

Kata  "menanti-nantikan" atau “menunggu (wait) menunjukkan sebuah kesungguhan bahwa Allah dapat dan akan melakukan sesuatu dengan situasi ini.

7. Percayalah Harapan Tetap Ada

Roma 12:11-12
Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan. Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa.

Hidup di dalam Tuhan adalah hidup yang penuh dengan pengharapan. Janganlah biarkan pengharapan yang kita miliki itu menjadi kendor. Bila hal itu terjadi maka iblis akan masuk ke dalam hidup kita dan membuat hidup kita menjadi penh keraguan.

Ada 3 hal yang dapat membuat roh kita tetap menyala – nyala :

  • Bersukacitalah dalam pengharapan
Pengharapan itu selalu ada karena Tuhan sendiri yang telah berjanji. 

Titus 2:11-13
Karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata. Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keingan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini dengan menantikan penggenapan pengharapan kita yang penuh bahagia dan pernyataan kemuliaan Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita Yesus Kristus.

Tuhan akan memberikan lebih dari apa yang kita harapkan danTuhan akan memberikan tepat pada waktunya.

  • Sabar dalam kesesakan
Kita harus bisa bersabar dalam segala penderitaan yang terjadi di dalam hidup kita. Penderitaan akan membawa kita melihat mujizat Tuhan. Tuhan akan memberikan pertolongan diwaktu yang tepat karena waktu yang tepat dari Tuhan itu adalah yang terbaik. 

Ayub 36:15
Dengan sengsara Ia menyelamatkan orang sengsara, dengan penindasan Ia membuka telinga mereka.

Kita akan menuai kemuliaan-Nya bila kita mau bersabar.

  • Bertekun dalam doa
Roma 8:26
Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan – keluhan yang tidak terucapkan.

Ada kuasa dalam doa.


Keuntungan dari hidup yang dikendalikan tujuan.
Tidak ada yang lebih penting daripada mengetahui maksud dan tujuan Tuhan bagi hidup kita. Tanpa suatu maksud dan tujuan, hidup seperti gerakan tanpa arti, kegiatan tanpa arah, dan peristiwa tanpa alasan.
  1. Mengetahui tujuan memberi makna pada hidupmu. Tanpa Tuhan, hidup tidak memiliki tujuan, dan tanpa tujuan, hidup tidak mempunyai makna. Tanpa makna, hidup tidak mempunyai arti penting atau harapan. Tragedi terbesar bukanlah kematian, tapi hidup tanpa tujuan. Harapan sangat esensial bagi hidup kita seperti udara dan air. Kita membutuhkan harapan untuk bisa mengatasi apapun. Harapan datang dari memiliki suatu tujuan. 
  2. Mengetahui tujuan menyederhanakan hidup kita. Hal itu mendefinisikan apa yang kita lakukan dan apa yang tidak kita lakukan. Tanpa tujuan yang jelas kita tidak memiliki landasan untuk keputusan-keputusan, alokasi waktu dan pemanfaatan sumber daya kita.
  3. Mengetahui tujuan memfokuskan hidup kita. Ia mengkonsentrasikan usaha dan energi kita pada apa yang penting. Kita menjadi efektif dengan cara menjadi selektif. Tanpa suatu tujuan yang jelas, kita akan terus mengubah arah, pekerjaan, hubungan, gereja atau hal-hal eksternal lain, berharap masing-masing perubahan itu akan menyelesaikan kebingungan dan mengisi kekosongan hati. Jika kita ingin hidup kita mempunyai dampak, fokuskan! Lakukan hanya apa yang paling penting.
  4. Mengetahui tujuan memotivasi hidup kita. Tujuan selalu menghasilkan gairah. Tidak ada yang memberi energi seperti suatu tujuan yang jelas. 
  5. Mengetahui tujuan menyiapkan hidup kita bagi keabadian. Apa yang paling penting tidak akan berupa apa  yang orang lain katakan tentang hidup kita, tetapi pada apa yang Tuhan katakan. Hidup untuk menciptakan suatu warisan duniawi adalah suatu tujuan yang picik. Pemanfaatan waktu yang lebih bijaksana adalah membangun suatu warisan surgawi. Kita ada di dunia ini untuk menyiapkan diri kita bagi keabadian.


Semoga bisa menjadi berkat dan renungan bagi kehidupan kita semua. Amin.
-Nico-

No comments:

Post a Comment

Share Your Inspiration...